anoqnews kik yanto
  • 15/01/2025
  • Last Update 14/01/2025 13:46
  • Indonesia

6 Dekade Setelah Kiprah Rudolf Osberger, Museum Tanjung Pandan Lakukan Identifikasi Ulang Koleksi Batuan

6 Dekade Setelah Kiprah Rudolf Osberger, Museum Tanjung Pandan Lakukan Identifikasi Ulang Koleksi Batuan

ANOQ NEWS, BELITUNG – Enam dekade telah berlalu sejak Museum Tanjung Pandan didirikan pada 2 Maret 1962 oleh DR. Rudolf Osberger, seorang geologis asal Swedia yang berkebangsaan Belgia. Sebagai museum geologi pertama di luar Pulau Jawa, museum ini menyimpan hampir 2.000 koleksi batuan, sebagian besar berasal dari Pulau Belitung, sementara lainnya didatangkan dari Kepulauan Riau dan Sulawesi. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi koleksi ini mulai mengalami penurunan, baik dari segi fisik maupun informasi yang menyertainya.

BACA JUGA : Komunitas PETA Belitung Terima Piagam Apresiasi dari Kementerian Keuangan, Forum Konsultasi Publik KPPN Tanjungpandan

Seiring berjalannya waktu, sebagian koleksi batuan yang disimpan di museum ini mulai mengalami kerusakan. Veriyadi, M.Sc (CSM), Ph.D (Wits), MAusIMM, seorang ahli geologi, menjelaskan bahwa sejak didirikan, Museum Tanjung Pandan belum pernah melakukan identifikasi ulang terhadap koleksi batuaannya. Hal ini menyebabkan sebagian wadah dan informasi batuan yang ditulis di atas kertas menjadi rusak. Akibatnya, banyak nama batuan yang hilang atau bahkan tertukar, menyulitkan pengelola museum untuk menjaga keakuratan informasi.

Untuk mengatasi masalah ini, Wahyu Kurniawan, salah satu staf di Museum Tanjung Pandan, memutuskan untuk melakukan identifikasi ulang terhadap koleksi batuan, terutama yang tidak memiliki nama. Uniknya, berbeda dengan masa lalu ketika pekerjaan ini dilakukan oleh DR. Rudolf Osberger sebagai geologis asing, kali ini Wahyu mempercayakan tugas tersebut kepada geologis lokal. Langkah ini menandakan perubahan signifikan dalam pendekatan museum, yang kini lebih mengandalkan keahlian lokal dalam menjaga dan mengembangkan warisan geologi Belitung.

Identifikasi ulang ini menggunakan metode petrography, sebuah metode sistematis yang menuntut ketepatan dalam mendeskripsikan karakteristik fisik batuan. Alat yang digunakan termasuk hand lens (kaca pembesar) dan magnetic pens, yang membantu dalam menganalisis ukuran butir, warna, komposisi, serta kandungan magnet dalam batuan. Melalui proses ini, mineral dan nama batuan dapat ditentukan dengan lebih akurat, sehingga setiap koleksi batuan di museum dapat diidentifikasi dan didokumentasikan dengan baik.

Identifikasi ulang ini tidak hanya bertujuan untuk mengoreksi nama dan kandungan mineral pada koleksi batuan, tetapi juga untuk memperbarui dan melengkapi informasi yang telah hilang atau rusak. Dengan langkah ini, Museum Tanjung Pandan berharap dapat terus menjaga dan mengembangkan warisan geologi yang telah dimulai oleh DR. Rudolf Osberger, serta memastikan bahwa koleksi batuan ini tetap menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi generasi mendatang.

Museum Tanjung Pandan, sebagai pusat geologi di Belitung, terus berupaya untuk memberikan kontribusi signifikan dalam bidang penelitian dan edukasi. Identifikasi ulang ini menjadi bukti komitmen mereka dalam menjaga kekayaan alam yang tersimpan di museum ini, sekaligus menjadi langkah maju dalam mengembangkan pengetahuan geologi yang berakar pada sejarah panjang Pulau Belitung. (Red)

Tetap terkini dengan informasi terbaru, ikuti kikyanto.com (ANOQ NEWS) di Google News

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *