Belitong, Anoq News – Pada Jumat, 9 Juni 2023, selepas pukul 13.30 WIB, saya bersiap-siap untuk pergi ke Desa Simpang Rusa, Kecamatan Membalong. Sebelumnya, saya telah membuat janji dengan dua kelompok tani atau poktan. Kebetulan, seorang teman dari tim tugas yang sama berniat untuk menemani perjalanan ke Simpang Rusa. Kami sepakat untuk bertemu di Jeramba Cerucuk, meskipun kami berangkat dari titik awal yang berbeda.
Pada Jumat, 9 Juni 2023, selepas pukul 13.30 WIB, saya bersiap-siap untuk pergi ke Desa Simpang Rusa, Kecamatan Membalong. Sebelumnya, saya telah membuat janji dengan dua kelompok tani atau poktan. Kebetulan, seorang teman dari tim tugas yang sama berniat untuk menemani perjalanan ke Simpang Rusa. Kami sepakat untuk bertemu di Jeramba Cerucuk, meskipun kami berangkat dari titik awal yang berbeda.
Niat teman saya tidak hanya untuk menemani, tetapi juga untuk menjalin silaturahmi dengan keluarganya di Simpang Rusa. Ternyata, teman saya adalah seorang warkamsi, atau warga kampung sekitar. Selama perjalanan, ada sedikit kesalahpahaman, teman saya mengira bahwa lokasi yang saya tuju tidak jauh dari Simpang Rusa, padahal lokasi pertama yang harus saya kunjungi berada di Dusun Kampung Baru, masih sekitar 13 kilometer lagi. Jadi, total perjalanan kami hampir mencapai 40 kilometer dari rumah saya.
Akhirnya, kami tiba di rumah Pak Damiun, Poktan Merantan Jaya, sekitar pukul 15.00. Itupun berhasil sampai setalah dipandu langsung oleh saudara teman saya warga Dusun Aik Mira. Tanpa membuang waktu, saya langsung menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami, yaitu untuk melaksanakan Sensus Pertanian 2023 untuk Usaha Pertanian Lainnya. Teman saya mendapat tugas mengambil foto dokumentasi, dan pertanyaan-pertanyaan pun mulai mengalir dengan diiringi jawaban dari Pak Damiun.
Di tengah sesi tanya-jawab, Pak Damiun menyampaikan bahwa dekat rumahnya juga terdapat Poktan Putra Tanjung Birik yang pengurusnya adalah Pak Darwin, yang baru saja mengunjungi rumah Pak Damiun. Sebenarnya, saya belum membuat janji dengan Poktan Putra Tanjung Birik, tetapi mengingat mereka berada di depan mata, kami memutuskan untuk mencatatnya juga.
Setelah menyelesaikan sensus untuk Poktan Merantan Jaya, kami langsung melanjutkan ke Poktan Putra Tanjung Birik. Pukul 16.45 kami masih di Dusun Kampung Baru, Desa Simpang Rusa. Saya segera berpamitan karena sudah memiliki janji dengan Poktan Maju Bersama di Dusun Aik Mira Desa Simpang Rusa. Saat itu sudah senja, dan jalan mulai menjadi gelap. Di tengah perjalanan, kami terpaksa berhenti karena ada rombongan kera dengan ekor panjang. Jarak antar dusun disana masih diselingi hutan dan kebun yang cukup panjang.
Pak Marjon sudah menunggu di depan pintu dan menawarkan teh botol dalam kotak, yang tentunya tidak bisa saya tolak. Rangkaian pertanyaan yang sebelumnya sudah terasah kembali terhenti, karena usaha tani yang dilakukan oleh Poktan Maju Bersama Pak Marjon berbeda dengan dua poktan sebelumnya. Dua poktan di Kampung Baru sebelumnya berfokus pada perkebunan tanaman menahun, sawit dan karet. Sementara itu, Poktan Maju Bersama mengusahakan tanaman semusim, termasuk sayuran dan segala jenis tanaman, serta beternak sapi.
Akibatnya, waktu yang dibutuhkan untuk mencatat data Poktan Maju Bersama lebih lama, tetapi suasana tetap ramah. Tanpa terasa, azan Maghrib berkumandang. Setelah selesai mengambil dokumentasi, kami pun mengucapkan salam perpisahan dan pulang. Ketika keluar dari rumah Pak Marjon, sudah jelas bahwa hari sudah gelap, dan masih ada 35 kilometer lagi yang harus kami tempuh untuk sampai di rumah.
Itulah sedikit kisah saya sebagai anggota tim pencacah yang bertugas untuk mendata langsung di lapangan guna mendukung kesuksesan Sensus Pertanian 2023. (Galih/Red)